Sabtu, 21 Februari 2015

SEJARAH MUNCULNYA ACARA SELAMATAN KEMATIAN

SEJARAH MUNCULNYA ACARA SELAMATAN KEMATIAN

(TAHLILAN)

Selamatan kematian atau yang sering dikenal dengan istilah “TAHLILAN” dalam masyarakat Islam Indonesia sangat kental sekali. Terutama dikalangan Masyarakat Islam Tradisional, walaupun tidak jarang pula dilakukan pula oleh sebagian Intelektualnya. Acara selamatan kematian ini merata dilakukan di berbagai penjuru nuantara dan beberapa Negara tetangga seperti Malaysia dan Brunai Darusalam. Namun sulit sekali dijumpai acara seperti ini di Negara Negara Islam seperti di Negara Negara Timur Tengah. Sebenarnya apa yang menyebabkan acara ini hanya dilakukan di senagian negeri Islam saja dan tidak merata diseluruh Negeri Islam didunia. Padahal sebagian besar mayarakat Islam Indonesia khususnya, mng-klaim bahwa acara ini adalah merupakan bagian dari ajaran Islam. Namun mengapa justru di Negara arab sendiri yang merupakan tempat awal tumbuhmya Islam justru acara seperti ini tidak di kenal.

Pada kesempatan ini penulis nukil beberapa paragraph mengenai hal diatas. Namun saya hanya meninjau dari sisi sejarah. Saya temukan sebuah naskah yang dicetak sekitar tahun 1968M, yang mengungkap masalah percampuran ritual keagamaan yang terjadi di tanah jawa pada masa peralihan Kerajaan Madjapahit – Demak Bintoro.

“Para Radja pada zaman Mataram, Kediri, dan Madjapahit jang telah mangkat dipudja ditjandi makam istimewah, diudjudkan patung dewa jang dianggap menitis dalam pribadi radja jang bersangkutan dalam hidupnya. Ada kalanja sang permainsuri djuga ikut diabadikan sebagai lanbang sakti radja jang dipatungkan dalam tjandimakam. Pemudjaan arwah leluhur jang demikian tidak dikenal di India sebagai tempat asal agama Hindu. Pemudjaan arwah lelehur adalah watak chusus kehidupan keagamaan di Indonesia.

Upatjara pemudjaan arwah para leluhur yang dilakukan oleh radja pada waktu waktu tertentu, dilakukan setjara besar besaran. Rakjat ikut serta merajakanja. Akibat kemerosotan kehidupan perekonomian dan keruntuhan keradjaan madjapahit,pada masa pemerintahan dinasti |Djin Bun di Demak,pemudjaan arwahleluhur di tjandi makam para radja itu dengan sendirinja lenjap. Bupati Girindrawardhana tidak lagi mampu memikul biajanja. Tjandi makam para leluhurbeserta patungnja terbengkalai.; kurang pendjagaan, akibat banjak diantara tjandi makam itu jang berantakan. Upathara`keagamaan dipedusunan masih tetap dilakukan meskipundengan bentuk jang sangat sederhana berhubung dengan kemerosotan kehidupan perekonomian.

|Bertalian dengan pumudjaan arwah para leluhur itu perlu disinggung disini pesta srada pada tahun Saka 1284 atau |Masehi 1362 untuk memperingati |Radjapatni jang diselenggarakan oleh |Prabu Hajam wuruk setjara besar besaran.. Bagaimanapun pesta srada bertalian erat dengan pemudjaan arwah para leluhur. Pesta arwah tersebut diatas bertalian dengan pemudjaan arwah Radjapatni oleh HajamWuruk.

Setelah Islam masuk diwilajah Madjapahit, pesta srada sebagai peringatan kepada arwah para leluhur masih tetap dirajakan. Pesta srada itu disebut dalam bahasa djawa “NJADRAN”. Pesta itu diadakan dikuburan para leluhur dalam bulan Arwah atau Ruwah jakni bulan sya’ban., menghadapi bulan puasa atau Ramadhan. Orang membawa makanan kekuburan untuk berpestademi peringatan atau pemudjaan arwah para leluhur. Disamping itu dilakukan penjekaran artinja: mengirim bungakepada arwah para leluhur. Djelaslah bahwa njadran adalah sama dengan pesta srada pada zaman madjapahit.

Pemudjaan arwah leluhur dalam bentuk selamatan dilakukan beberapa kali setelah sesorang meninggal jakni pada saat orang meninggal, tiga hari kemudian, 7 hari kemudian, 40 hari kemudian, 100 hari kemudian, 1tahun kemudian, 2 tahun kemudian, dan 1000 hari kemudian. Selamatan jang pada hakekatnja adalah pemudjaan arwah para nleluhur, dilakukan baik oleh orang Djawa jang sudah masuk Islam maupun jang belum.”

Itulah nukilan dari buku “RUNTUHNJA KERADJAAN HINDU-DJAWA DAN TIMBULNJA NEGARA 2 ISLAM DI NUSANTARA” oleh Prof.Dr. Slamet Muljana thn1968M.

Dari nukilan tersebut tampak jelas bahwa perayaan atau ritual selamatan kematian yang dilakukan sebagian umat Islam Indonesia yang sering disebut “TAHLILAN” adalah produk asli Masyarakat Djawa kuno, dan tidak bias terpengaruh walupun beberapa agama telah melalui masa kehidupan mereka.

Berkaitan dengan hal ini, saya memiiki sebuah kisah dari seorang teman.

Teman saya ini adalah seorang pekerja disebuah bengkel. |Suatu ketika salah seorang atasannya tidak masuk kerja karena cuti untuk pulang kampung. Ketika atasannya tersebut sudah kembali bekerja, ia pun mengabarkan bagaimana keadaannya, dan menanyakan gerangan ada acara apa sehingga ambil cuti pulang kampung. Si atasan Menceritakan bahwa Istrinya telah meninggal beberapa waktu yang lalu karena terserang hepatitis, dan kepulangnya kemarin adalah untuk memperingati acara 40 hari meninggalnya sang istri. Oo.. piker teman saya maklum. Beberapa hari kemudian baru ia tau bahwa atasannya itu bukan seorang muslim, karena memang teman saya ini termasuk karyawan baru ditempat itu. Heran…, itulah yang melanda pikiran teman saya, karena selama ini yang ia tau peringatan kematian sebagamana disebutkan hanya dilakukan oleh orang Muslim saja. Ternyata agama selain islam juga turut melakukan juga.

Jiika demikian keadaannya, maka dapalah kita simpulkan bahwa acara selamatan kematian atau TAHLILAN bukanlah dari |Islam, melainkan ritual jawa kuno yang divermak dan dipoles sehingga tampak seperti bagian dari agama Islam.

|Wallahu a’lam bish showab washolallohu’ala Muhammadin wa’ala aliihi washohbih, walhamdulillahirobbil ‘alamiin.

Bekasi, 21 Romadhon 1432H

beberapa komentar:
#
'Aziz As-syarifie Artinya Tahlilan itu Salah,?
21 Agustus jam 1:08 · SukaTidak Suka · 1Memuat...
#
RooNy NaJha tahlil(lailahailallah) nya gak salah bahkan di anjurkan untuk mengucapkannya dmn saja tp yg salah itu ritualnya
21 Agustus jam 5:13 · SukaTidak Suka
#

* Hapus Komentar...
*
* Tandai Sebagai Spam
* Laporkan Sebagai Penyalahgunaan...

'Aziz As-syarifie Org yg melakukan Ritual tsb bisa di katakan Kafir,?
21 Agustus jam 6:33 · SukaTidak Suka
#

* Hapus Komentar...
*
* Tandai Sebagai Spam
* Laporkan Sebagai Penyalahgunaan...

Fadieel Lare Dusun Tahlil yg dilalukan org jawa bukan ritual.klu dilakukan dikuburan artinya ziarah kubur.bukan pemujaan terhdp arwah.tahlil di sini hnya doa.klu dilakukan dimasjid ato suro rame2 artinya mendoakan jg rame2.
21 Agustus jam 7:25 · SukaTidak Suka
#
Yaser Ajah akhy Fadieel Lare Dusun : ana orang jawa, tapi ana membenci ritual tahlillan...!!
21 Agustus jam 10:42 · SukaTidak Suka · 2Memuat...
#
Fadieel Lare Dusun Akhi Yaser》itu hak saudra mempersepsikan tntng tahlil.tujuanya sm menuju ridho Alloh apapun madhabnya.salam ukuhuwah akhi
21 Agustus jam 11:04 · SukaTidak Suka
#
Raudhah El Haura' Fahuwa roddun..
Baarakallohu fiykum..
21 Agustus jam 11:40 · SukaTidak Suka
#

* Hapus Komentar...
*
* Tandai Sebagai Spam
* Laporkan Sebagai Penyalahgunaan...

Muhammad Ridha · 4 teman yang samaMemuat...
melakukan suatu proses keagamaan harus dengan dalil yang shohih atuh mas,,,,,
21 Agustus jam 13:28 · SukaTidak Suka
#
Muhammad Ridha · 4 teman yang samaMemuat...
jangan berdasarkan tradisi...
21 Agustus jam 13:28 · SukaTidak Suka
#
Muhammad Ridha · 4 teman yang samaMemuat...
tahlilan tidak salah,,,tetapi kemasan nya itu lohh yang tidak sesuai
21 Agustus jam 13:29 · SukaTidak Suka
#

* Hapus Komentar...
*
* Tandai Sebagai Spam
* Laporkan Sebagai Penyalahgunaan...

'Aziz As-syarifie Tidak sesuai dg ajaran islam artinyaKAFIR,?
21 Agustus jam 16:45 · SukaTidak Suka
#
'Aziz As-syarifie Woi..
Tidak sesuai dg ajaran islam artinya KAFIR,?
21 Agustus jam 16:51 · SukaTidak Suka
#
Muhammad Ridha · 4 teman yang samaMemuat...
Ya enggak lah..
21 Agustus jam 16:57 · SukaTidak Suka
#
Apis Dorsata Barang siapa melakukan suatu amalan (yg bernilai agama) yg tdk ada contoh dr kami (nabi & sahabat) maka ia tertolak. (hr muslim dr Aisya)
21 Agustus jam 21:31 · SukaTidak Suka
#
'Aziz As-syarifie Apa kata yg tepat buat KAMI yg melakukan Ritual Tahlil,?
21 Agustus jam 22:13 · SukaTidak Suka
#
'Aziz As-syarifie Shohibul Note monggo d jwb.
21 Agustus jam 22:15 · SukaTidak Suka
#
Apis Dorsata tahlil-nya ga salah mas, tapi penetapan/tatacara spt selametan 3, 7, 40, 100, dst... itu yg butuh dalil mas!
21 Agustus jam 22:24 · SukaTidak Suka
#
Batagor Pakde Rasulullah bersabda : " Barang siapa yang mengadakan perkara baru dalam agama kami , yang bukan darinya , maka ia tertolak. "
(HR. Bukhori , Muslim)
21 Agustus jam 22:45 · SukaTidak Suka
#
'Aziz As-syarifie Saya sering mendengar & Melihat hadist di atas. Tp saya belum pernah mendengar / belum tau.
Bagaimana sh crtanya, atau kejadian'nya pd masa itu.. Hingga Rosul mengatakan hal tersebut, kmudian shohabat mencatat menjadi sebuah Hadist. ?
21 Agustus jam 23:27 · SukaTidak Suka
#
'Aziz As-syarifie Ini saya bkn ngetest atau apa ya.. Saya jg sm2 ingin tau sm yg lebih pinter..
Klo anda2 tau sejarah ritual tahlilan, anda2 pasti tau juga dong sejarah knapa kanjeng nabi blg gtu...?
Klo ga tau sejarahnya mah.. Saran saya jgn mengangap amalan orang lain itu salah...
22 Agustus jam 0:10 · SukaTidak Suka · 2Memuat...
#
Batagor Pakde Apakah kita harus mengetahui asbabun nuzul (sebab turun) setiap ayat Al Quran baru kita amalkan ??
22 Agustus jam 0:52 · SukaTidak Suka
#
Batagor Pakde Sebagaimana pada ayat2 Al Quran, di dalam hadits "terkandung" isyarat hukum yang menjadi dasar pendalilan.
22 Agustus jam 0:57 · SukaTidak Suka
#
Batagor Pakde Islam telah sempurna ; " Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu." (QS. Al Maidah : 3) ,
22 Agustus jam 1:04 · SukaTidak Suka
#
Batagor Pakde ‎" Maka sungguh demi Rabbmu. Tidaklah mereka beriman hingga mereka menjadikanmu (Nabi) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An Nisa : 65)
22 Agustus jam 1:16 · SukaTidak Suka
#
Batagor Pakde Barakallahu fikum
22 Agustus jam 1:25 · SukaTidak Suka
#
Muhammad Ridha · 4 teman yang samaMemuat...
Abang aziz yg dirahmati Allah...memang betul.kita masih sama2 buta ilmu agama trlbh ilmu syar'i,,sama2 blajar gak ada salahnya toh! Hadits dan dalil udah dkluarin.trus Mo apalagi toh??
Klo masih kurang puas jga monggo dateng aja ke kajian salaf...bsa bnyk brtanya..mo referensi tmpat..bsa ke mesjid krukut blkng pos kota atau gak masjid al barkah cilengsi...tafadol ya akhi
22 Agustus jam 1:30 · SukaTidak Suka
#
Muhammad Ridha · 4 teman yang samaMemuat...
Klo ttg tradisi tahlilan..ane mah liat realita nya aja deh..sikeluarga mayitt yg bru dtinggal jenazah kasian hrus direpotin buat masak ini itu buat besek nya undang ustadzny blum lg pikirin amplopnya...itu gak cuma 1hari.tpi niga.nujuh...4puluh.seratus..bhkan ampe seribuhari...aduh kesian mas ngerepotin bgt khan.
22 Agustus jam 1:42 · SukaTidak Suka
#
'Aziz As-syarifie Lhoo.. jgn ky nuduh orang ga ikhlas brbuat amal dong.... Lgian Kok sok tau isi hati orang yg ikut tahlil Ngarep Uang & Makanan sih..... Dan kyanya gda larangan juga orang kirim doa kpd mayit kapanpun waktunya.
22 Agustus jam 2:09 · SukaTidak Suka
#
Kakak Annas · Berteman dengan Abu Ubaidillah
Yang tahlilan selamat tahlilal, yang gak tahlilan ya terserah ... gitu aja kok repot ..

#
Endang Purwanti Dkr Tapi apakah ada salahnya kalo adat itu di lakukan, soalnya dikeluarga saya ritual ini masih terus dilakukan...
27 Agustus jam 23:16 · Tidak SukaSuka · 1Anda menyukai ini.
#
Ibnu Mas'ud Al Asahani
assalamualaikum sahabar semua, maaf baru bisa jawab sekarang setelah antum semua berdiskusi. buat mba Endang Purwanti Dkr pertanyaan bagus. begini apa yang saya tulis adalah pandangan sejarah, dan sebagian teman telah menjawab dari segi dal...il syar'i, jazakumullah wa barokallahu fikum. saya hanya menambahkan sedikit dalil yang masih belum di sebutkan oleh diatas. Seorang sahabat Nabi yang bernama Jarir bin Abdillah pernah mengakatakan "|Kami(para sahabat Nabi) memandang bahwa Al Maktam (berkumpul dirumah ahli mayit dengan menghidangkan makanan) adalah termasuk Niyahah (meratapi mayit - hukum meratapi mayit adalah haram)Lihat Selengkapnya
28 Agustus jam 10:17 · SukaTidak Suka
#
Ibnu Mas'ud Al Asahani
nah itun adalah perkataan sahabat yang mulia yang hidup dizaman yang paling baik. jika kita tilik kembali artikel diatas, tampaknyata bahwa ritual selamatan kematian itu berasal dari agama musyrik, yang kemudian di permak dengan tambahan dz...ikir2 tertentu,. nah mengamalkan rituan orang kafir adalah terlarang berdasar Ak Qur'an dan |Sunnah. adapun dari Al Qur'an Allah berfirman yang artinya: "|Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidaklah diterima darinya dan diakhirat ia termasuk orang@ yang rugi" sedangkan dari assunnah adalah sabdanabi yang artinya: "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut."Lihat Selengkapnya
28 Agustus jam 10:25 · SukaTidak Suka
#
Ibnu Mas'ud Al Asahani
buat Mas 'Aziz As-syarifie telah jelas bagi kita dalil2nya, namun kami tidak serta merta mengatakan mereka yg melakukan tahlilan itu KAFIR, karena masih nbanyak penghalang untuk dikafirkan, diantara penghalangnya adalah Jahil, syubhat yang ...ada dikepala mereka dan masih banyak faktor untuk memberi udzur bagi mereka. Namun sekali lagi, bagi siapa saja yg telah membaca tulisan ini beserta dalil2 yang telah disebutkan diatas hendaknya yakin bahwa ritual selamatan kematian itu tidak memiliki dara dari agama |Islam. dan setiap yg tidak memiliki dasar Hukum dari Agama islam maka ia tertolah.Lihat Selengkapnya
28 Agustus jam 10:31 · SukaTidak Suka
#
Ibnu Mas'ud Al Asahani sebuah kaidah mengatakan : "|Hukum asal dalam masalah ibadah adalah HARAM kecuali jika ADA DALIL YANG MENERANGKAN TENTANG DISYARI'ATKANNYA" Allahu a'lam
28 Agustus jam 10:33 · SukaTidak Suka
#
Endang Purwanti Dkr
Tapi kan niatnya bukan meratapi, tapi mendoakan supaya almarhum diampuni dosanya dan diterima disisi Allah, adapun waktu yg ditentukan menurut adat, dr 7 hr s/d 1 thn, itu mungkin cm sekerdar cara supaya gak lupa sm alharhum bg keluarga, wa...laupun sebenarnya mendoakan seseorang bisa kapan saja, maklumlah urusan dunia kadang membuat kita lupa, dan utk seorang yg sdh almarhum kan cm bisa mengandalkan org yg ditinggalkan sbg doa. Seperti doa seorang anak untuk orang tuanya yg sdh meninggal. Tp gak tahu jg lah saya, ini cm logika saya saja. Mohon pandangannya.Lihat Selengkapnya
29 Agustus jam 6:23 · Tidak SukaSuka · 1Memuat...
#
Ibnu Mas'ud Al Asahani Mba' Endang Purwanti Dkr: setiap sesuatu yg nernilai ibadah harus ada landasannya dari Al Qur'an dan Hadits, kalo tidak pasti tertolak
3 September jam 9:20 · Suka

0 komentar:

Posting Komentar