Rabu, 25 Februari 2015

Makna Kupatan dan Puasa 6 Hari Syawal

Puasa syawal merupakan puasa setelah hari raya yang diajarkan oleh agama Islam sebagai tanda untuk sempurnanya puasa Ramadhan. Banyak hal yang bermakna didalamnya, diantaranya adalah keberhasilan seorang muslim dalam menjalankan puasa wajib dan berhasilnya diri manusia untuk prihatin terhadap sesuatu. Sedangkan kupatan itu sendiri adalah makna dari terbentuknya puasa syawal yang diperingati sebagai hari raya syawal.

Puasa syawal dilakukan 6 hari setalah bulan ramadhan, ini dikarenakan sunnah rosul pada waktu itu adalah untuk menyempurnakan puasa ramadhan dan pahalanya adalah sama halnya dengan puasa 1 tahun. Jika sudah 6 hari, maka kupatan diadankan setelah hari raya Idul Fitri.

Nabi Muhammad pernah bersabda, "barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringi dengan puasa 6 hari bulan Syawal, maka berarti dia telah berpuasa setahun penuh","Barang siapa mengerjakan puasa enam hari bulan Syawal selepas Idul Fitri, berarti dia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Dan setiap kebaikan diganjar sepuluh kali lipat.","Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipat. Puasa bulan Ramadahan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan. Dan puasa enam hari bulan Syawal yang menggenapkannya satu tahun."

Pendapat masyarakat mengenai budaya kupatan dan puasa 6 hari pada bulan syawal adalah bulan syawal itu sendiri merupakan bulan yang ditandai dengan adanya makanan ketupat. Banyak orang percaya bahwa jika kupatan dilakukan maka akan memperoleh banyak rizki, berkah, dan kebahagiaan.

Ini terjadi di tanah air Indonesia sendiri, sebab di setiap peringatan bulan Syawal 6 hari setalah bulan suci Ramadhan, tradisi kupatan terus berlangsung. Khusus di pulau Jawa Timur, puasa ini ditandai dengan budaya silarutahmi dan diadakannya pagelaran yang ada di sekitar seperti Jaranan, Reog, dan sebagainya.

Sejak jaman kerajaan Majapahit berlangsung, orang Islam menjunjung tinggi budaya yang ada di tanah air. Seperti halnya dengan budaya pemberian bunga untuk selamatan. Budaya ini terus berkembang hingga saat ini ketika diadakannya suatu acara pastilah disitu teradapat kembang atau sesaji yang diberikan doa.

Kaitannya dengan ketupat dan puasa syawal sangat erat, karena ketupat itu melambangkan kelahiran yang dibuat dari janur kuning yang baru muncul. Sehingga iman dan taqwa seseorang akan bersih dan tanpa memiliki dosa sedikitpun ketika mau melaksanakan tradisi kupatan.

Pada jaman Wali Songo, mereka membawakan agama Islam dengan menjunjung tinggi adat dan budaya. Ketika mereka berdakwah mereka menggunakan alat adat istiadat setempat sehingga dapat bercampur dan diterima masyarakat. Seperti budaya wayang yang disiarkan oleh Sunan Kalijogo untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Tradisi kupatan itu sendiri tidak lain adalah dari budaya Hindu - Budha yang telah ditinggalkan karena peralihan agama masyarakat. Budaya ini namun tidak hilang dari pulau jawa, akan tetapi lebih cenderung kepada doa yang diganti. Sehingga tradisi yang telah dilakukan akan terus berkembang dan tidak dapat hilang sampai kapanpun.

Jika dalam pandangan Islam sendiri, kupatan itu tidak apa - apa, karena tidak melenceng dari Agama Islam. Justru menghargai Agama Islam di pulau Jawa yang sebagian penduduknya adalah peninggalan agama Hindu - Budha. Namun ada pandangan - pandangan Islam yang tidak setuju dengan kupatan, ini dikarenakan adanya peralihan pikiran dan kepercayaan yang mayoritas lebih menekankan diri dan memberikan ajaran sendiri tanpa menghargai adat istiadat setempat.

Berbagai aliran - aliran seperti Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Waqidiah, Muhammaddiyah, Ahmadiyah, dan sebagainya. Mereka tidak mengenal terlebih dahulu ajaran yang diberikan di pulau jawa sebelum Islam masuk ke pulau Jawa. Sehingga terkesan melenceng dari ajaran pendahulu Wali Songo.

Sebenarnya tidak apa - apa, namun sebaiknya menghargai budaya sendiri terlebih dahulu adalah cara agar bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dalam pepatah mengatakan, "Dimana bumi dipijak, disitu langit dijinjing". Sehingga jika kita berada di suatu tempat, maka sebaiknya kita menjunjung tinggi adat istiadat setempat.

Masih banyak makna ketupatan pada bulan Syawal, namun beberapa hal yang dapat dipetik adalah segi keagamaan, kebudayaan, kepercayaan, serta perlambangan. Semua kembali kepada Allah SWT. Sehingga hal baik dan buruk akan kembali kepada Allah semata. Makna Syawal dan kupatan itu adalah tidka untuk bermusuhan antar aliran beragama, namun untuk menyatukan kembali peristiwa yang pernah menjadi kebersamaan. Menghargai bangsa lebih penting daripada menghargai suatu aliran. Indonesia merupakan bangsa yang memiliki banyak bahasa daerah dan ras serta suku. Namun bila kita kembali kepada Allah SWT maka semua adalah saudara yang dapat menjadikan bangsa ini bangsa yang besar.

0 komentar:

Posting Komentar