Sabtu, 21 Februari 2015

4 Kriteria Ceramah Maulid Yang Disukai Orang Aceh

Masyarakat Aceh biasanya mengadakan acara ceramah Agama Untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.. tentu saja tidak semua da’i dapat mengisi ceramah yang dihadiri ribuan penonton itu. Berikut ini 4 kriteria yang harus terkandung dalam ceramah maulid agar disukai oleh masyarakat Aceh:
1. Humor
Ceramah yang mengandung humor sangat menarik untuk didengar, karena tidak membosankan dan selalu terkesan ceria. Penda’i yang mampu membuat penonton tertawa biasanya selalu mendapat undangan untuk mengisi ceramah disegala tempat, sampai ke pelosok-pelosok Aceh.
2. Cerita Menarik
Masyarakat Aceh sangat bersemangat mendengar ceramah jika diisi dengan cerita-cerita manarik, apalagi cerita-cerita tersebut disesuaikan dengan keadaan masyarakat sekarang. Penda’i di bulan maulid harus berusaha membuat cerita-cerita kehidupan Rasulullah Saw. menarik untuk didengar dan membandingkannya dengan keadaan masyarakat saat ini.
3. Nasyid Islami
Salah satu cara membuat penonton bersemangat dan tersenyum saat mendengar ceramah maulid adalah dengan menyanyikan lagu-lagu Islami di celah-celah ceramah. Biasanya lagu yang disukai oleh masyarakat Aceh adalah Qashidah berbahasa Aceh seperti lagu Nur Janjongan.
4. Tegas dan Keras
Penceramah yang tidak humoris, tidak pandai menyampaikan cerita, dan tidak punya suara indah, dapat memcoba gaya ceramah yang sangat tegas dan keras, maksudnya penceramah tersebut harus berani mencela kelompok – kelompok tertentu atau perilaku - perilaku yang dianggap salah dengan tegas dan bersuara lantang.
Namun, penceramah tidak boleh terlalu melayani keinginan masyarakat, karena seorang da’i bisa saja jatuh kedalam kemaksiatan seperti yang disampaikan Oleh Syaikhuna Ibnu al-Hajar al-Haitami berikut ini:
“Jika penceramah adalah pemuda yang mementingkan penampilan, mengisi ceramah dengan berbagai syair (nyanyian), memperbanyak mimik dan gaya, padahal majlis ceramah dihadiri oleh perempuan, maka kegiatan tersebut wajib dilarang, karena negatifnya lebih besar dari positif” (al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra, I/203 al-Maktabah asy-Syamilah)
Selain itu, Islam tidak mengajarkan ummatnya untuk banyak ketawa, karena hal itu bisa membuat seseorang lupa akan Tuhannya, lupa ilmu yang telah dipelajarinya dan lupa kehidupan setelah kehidupan dunia.
Tulisan ini berdasarkan pengamatan penulis setiap datang bulan maulid, dan penulis juga sering menjadi panitia Dakwah maulid.
Wallahu Muwffiq ila aqwami ath-Thariq

0 komentar:

Posting Komentar