ELEMEN VOLTA
Elemen Volta dikembangkan pertama
kali oleh Fisikawan Italia bernama Allesandro Volta (1790-1800) dengan
menggunakan sebuah bejana yang diisi larutan asam sulfat (H2SO4) dan dua
logam tembaga (Cu) dan seng (Zn). Bagian utama elemen Volta, yaitu
1. kutub positif (anode) terbuat dari tembaga (Cu),
2. kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn),
3. larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4).
Lempeng tembaga memiliki potensial
tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial rendah. Jika kedua
lempeng logam itu dihubungkan melalui lampu, lampu akan menyala. Hal ini
membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu
menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan logam tembaga maupun
seng sehingga menghasilkan sejumlah elektron yang mengalir dari seng
menuju tembaga. Adapun, reaksi kimia pada elemen Volta adalah sebagai
berikut.
Pada larutan elektrolit terjadi reaksi
H2SO4 → 2H+ + SO42-
Pada kutub positif terjadi reaksi
Cu + 2H+ → polarisasi H2
Pada kutub negatif terjadi reaksi
Zn + SO4 → ZnSO4+ 2e
Reaksi kimia pada elemen Volta akan
menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen tidak
dapat bereaksi dengan tembaga, sehingga gas hidrogen hanya menempel dan
menutupi lempeng tembaga yang bersifat isolator listrik. Hal ini
menyebabkan terhalangnya aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun
arus listrik dari tembaga menuju seng. Peristiwa tertutupnya lempeng
tembaga oleh gelembung-gelembung gas hidrogen disebut polarisasi. Adanya
polarisasi gas hidrogen pada lempeng tembaga menyebabkan elemen Volta
mampu mengalirkan arus listrik hanya sebentar. Tegangan yang dihasilkan
setiap elemen Volta sekitar 1,1 volt. Penggunaan larutan elektrolit yang
berupa cairan merupakan kelemahan elemen Volta karena dapat membasahi
peralatan lainnya.
Elemen Volta