Sudahkah kita menjadi generasi
penerus bangsa yang mempunyai fondasi moral dan karakter kuat untuk
menghadapi budaya korupsi di Indonesia? Sudahkah dunia pendidikan di
Indonesia mengimplementasikan pendidikan karakter untuk membangun moral
dan karakter siswa anti korupsi?
Jawaban disetiap kepala pembaca
pasti bebeda-beda mengenai hal ini. Banyak diantaranya yang mempunyai
asumsi bahwa korupsi telah berakar kuat, tidak dapat di berantas.
Sejenak mengenang sejarah korupsi, Kita mungkin berpikir, korupsi hanya
terjadi di masa modern saat ini. Tetapi tau kah kalian ternyata korupsi
juga memiliki akar sejarah yang panjang. Bukan hanya di Indonesia tetapi
di dunia. Korupsi adalah bagian hitam dari perjalanan peradaban manusia
secara universal. Hampir semua bangsa berhadapan dengan masalah ini
sesuai dengan ukurannya. Korupsi di Indonesia sendiri sudah ‘membudaya’
sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde
Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api.
Oleh PERC tahun 2010 Indonesia menjadi negara terkorup di wilayah
Asia-Pasifik. Apakah kita generasi muda penerus bangsa tidak merasa malu
dengan preestasi buruk seperti ini? Apa yang harus kita lakukan untuk
menyelamatkan negara Indonesia tercinta kita ini?
Pendapat lain adalah mengenai
pendidikan yang diajarkan di sekolah haruslah relevan dengan apa yang
hendak dicita-citakan. Seperti saat anak memasuki kelas penjurusan di
bidang ilmu alam atau IPA, yang biasanya dilakukan pada masa pergantian
kelas x SMA menjadi kelas xi ipa 1. Pastilah mereka yang tergolong
kedalam kelas ilmu alam tidak mempelajari bidang ilmu sosial yang secara
tidak langsung berperan untuk pembentukan karakter mereka. Pendidikan
mata pelajaran jelas perlu dalam kegiatan belajar mengajar, tapi berikan
nuansa pendidikan karakter didalamnya, lingkungan serta tindakan
realisasinya. Sisipkan nilai-nilai agama, kehidupan dan nilai
kejujuran. Pendidikan
karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Perlu adanya pengembangan, dan penerapan secara eksplisit
dalam konteks kehidupan yang sebenarnya, hal itu dapat terjadi melalui
materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai. Dengan
demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran
kognitif yang membosankan, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu
bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang
cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya
akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang
bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Fondasi agama yang kuat
akan senantiasa mengingatkan kita kepada kebaikan, juga membuat kita
lebih mawas diri.
Sebenarnya apakah pendidikan
karakter itu? Seberapa pentingkah implementasi pendidikan karakter itu?
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, dan ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Selanjutnya, nilai kehidupan dan
kejujuran juga harus dijunjung tinggi dalam dunia pendidikan Indonesia.
Sampai saat ini terlihat masih rendahnya tingkat kejujuran di kalangan
pelajar Indonesia. Namun predikat sebagai pembohong,pendusta bahkan
mungkin maling dapat menjadi kaki gajah ketika kita terutama kalangan
siswa melakukan tindakan tidak terpuji seperti korupsi baik dalam skala
kecil maupun besar. Ironi sekali jika generasi penerus bangsa harapan
Indonesia sejak dini telah membudayakan korupsi, salah satu contoh kecil
yang sering sekali dilakukan: memotong uang buku untuk membeli jajan.
Dalam skala yang lebih luas lagi yaitu di lingkungan sekolah contohnya,
masih banyak kecurangan-kecurangan yang terjadi saat penyelenggaraan
ujian nasional.
Dunia pendidikan yang diharapkan
mampu menghantarkan siswa-siswi nya menjadi calon penerus bangsa yang
jujur,bermoral,dan berkarakter, namun belum bisa mengambil alih tugas
yang sesuai porsinya. Penanaman nilai anti korupsi sangat penting bagi
terbentuknya mentalitas seseorang untuk tidak berkorupsi. Bila sejak
taman kanak-kanak telah memiliki pemahaman bahwa korupsi itu tercela dan
berdosa kiranya nilai ini akan tumbuh subur pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Dengan cara pembentukan karakter anti korupsi seperti
ini, tindak pidana korupsi dapat di minimalisir. Proses ini dimulai
dari ruang segi empat yang dinamakan kelas, serta lingkungan sekolah.
Dari sinilah budaya pencegahan itu dibentuk, yang nantinya terakumulasi
menjadi sebuah peradaban. Dengan demikian jelaslah bahwa proses yang
baik dan benar menjadi kunci utama pembangunan karakter sesungguhnya.
Benar artinya proses pembelajaran diajarkan dengan kejujuran. Tanpa
adanya pendidikan karakter pada generasi muda berarti tidak ada juga
pemutus rantai tikus berdasi dimasa mendatang.
Sekarang yang lebih penting
adalah aplikasi nyata dari perilaku pendidikan sehari-hari yang
menunujukkan mereka tidak korupsi. Seperti salah satu program
pembiasaan yang melatih kejujuran di beberapa sekolah. Contohnya
disekolah menengah atas tempat saya belajar arti penting kejujuran dan
siswa berkarakter. Program ini sejalan dengan Pasal 30/UU Nomor 16 Tahun
2004 tentang strategi Kejaksaan Agung untuk memberantas korupsi dengan
cara preventif, represif dan edukatif. Hanya kejujuran si pembelilah
yang memegang peran dalam kegiatan operasional kantin tersebut
sehari-hari. Kantin kejujuran merupakan salah satu program untuk
mendidik akhlak dan moral siswa agar berperilaku jujur. Kantin kejujuran
adalah kantin yang menjual beraneka makanan kecil dan minuman. Bagi
orang yang baru pertama ke kantin, pasti menanyakan hal yang sama.
Meskipun lagi banyak pembeli, tetap saja penjaganya tidak muncul.
Bukannya si penjaga sedang sakit atau tidak berangkat kerja. Tapi kantin
ini memang tidak ada penjaganya. Namun itulah inti kantin kejujuran,
kejujuran kita akan diuji. Dalam kantin makanan dan minuman hanya
dipajang didalam lemari, kita mengambil sendiri barang yang kita
butuhkan. Dalam kantin juga tersedia kotak uang, yang berguna menampung
pembayaran dari siswa yang membeli makanan atau minuman. Bila ada
kembalian, siswa mengambil dan menghitung sendiri uang kembalian dari
dalam kotak tersebut. Juga ketika mereka mengambil lebih uang kembalian
tanpa sengaja, mereka akan mengembalikan ke kotak uang yang telah
tersedia. Di kantin ini, kesadaran siswa sangat dituntut untuk
berbelanja dengan membayar dan mengambil uang kembalian jika memang
berlebih, tanpa harus diawasi oleh guru atau pegawai kantin. Dan
terlihat di kantin kejujuran di sekolah SMA saya dahulu sebuah tempelan
yang selalu mengingatkan kita akan kejujuran. Salah satu motto yang
ditanamkan di kantin ini adalah Allah Melihat Malaikat Mencatat. Selain
sebagai progam upaya pembentukan akhlak dan moral, kantin kejujuran juga
merupakan bentuk kegiatan dalam pendidikan Antikorupsi. Kantin ini
dapat merefleksikan tabiat siswa yang ada di sekolah itu, jika kantin
tidak bertahan lama dan bangkrut, berarti para siswa di sekolah itu
banyak yang tidak jujur. Sebaliknya, kantin akan semakin maju jika para
siswa menjunjung tinggi nilai kejujuran dalam kesehariannya.
Kita mengerti bahwa salah satu
problema bangsa yang hingga kini belum tuntas diselesaikan adalah
praktik korupsi. Pendidikan anti korupsi tidak hanya melalui sebuah
kurikulum yang membosankan, namun dapat diaplikasikan melalui kantin
kejujuran. Memang sangat sulit untuk memutus mata rantai tikus-tikus
berdasi yang terlanjur panjang. Meskipun demikian, para penerus bangsa
yang masih memegang idealisme yang tinggi dan merindukan keadilan di
negeri ini akan tetap berupaya untuk mencegah dan memutus rantai tikus
berdasi. Kantin Kejujuran merupakan salah satu jalan untuk menanamkan
sikap anti korupsi yang dimulai dari sekolah. Kesinambungan semua pihak
dalam lingkungan sekolah sangat berpengaruh akan jalannya program kantin
kejujuran. Bukan keuntungan yang kita prioritaskan dalam program ini.
Awal mula, modal diberikan oleh pemerintah daerah kepada sekolah. Lalu
pihak koperasi sekolah bersama osis mengaplikasikan dalam bentuk yang
semenarik mungkin dan senyaman mungkin. Tidak harus memakai cctv untuk
mengetahui siswa yang tidak jujur. Startegi yang bisa menjadi koreksi
bersama adalah dengan mengumumkan hasil perolehan kantin kejujuran,
seringkali tiap upacara bendera hari senin diumumkan hasil perolehan
tersebut. Meskipun progam kantin kejujuran ini merupakan kebijakan
pemerintah yang nota bene beberapa oknumnya banyak terlibat korupsi
patut kita apresiasi untuk mendukung dan menyukseskannya.
Mari kita menuju kenyataan
dilapangan. Berkaca dari kenyataan dilapangan. Sepanjang perjalanan
bersekolah, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama sampai
sekolah menengah atas, umumnya kantin disekolah dijaga oleh
pengelolanya, sebagian besar sipenjaga kantin tidak terlalu ramah dan
memasang wajah seram agar siswa yang membeli tidak nakal. Mereka
memasang mata bak elang yang akan menerkam siapa saja yang mengambil
tanpa membayar ataupun membayar tapi tak sesuai dengan kenyataan makanan
yang diambilnya. Walaupun demikian masih saja sering terjadi
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Sebab dari sekian banyak siswa
tentunya masih ada yang iseng berbuat “nakal”. Tidak jarang ketika
kantin penuh sesak siswa nakal yang mempunyai “geng” atau kelompok
mengamalkan prinsip SMP (sudah makan pulang). Tanpa harus repot
mengantre untuk membayar, apalagi jika harus menukar uang karna tidak
ada uang kembalian. Sedangkan waktu untuk istirahat hanya kurang lebih
lima belas menit. Prinsip semacam ini bukanlah hal yang baru,sejak dulu
sudah ada. Apalagi kalau para siswa menyalahartikan prinsip ekonomi yang
diajarkan dalam pembelajaran ekonomi,mendapatkan hasil yang
sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. Sangat
disayangkan masih muda sudah tak jujur.
Awalnya gagasan pendirian kantin
kejujuran juga mengalami pro kontra. Banyak yang mengkhawatirkan kantin
tersebut akan terus merugi, lalu gulung tikar. Sebagian lain dari yang
mengkhawatirkan, banyak juga yang mendukung gagasan tersebut. Memang
dalam proses kantin kejujuran ada untung rugi. Saat kantin biasa yang
dijaga oleh pengelola saja banyak siswa yang nakal, apalagi kantin
kejujuran. Pengalaman waktu itu ketika sekolah saya menjalakan gagasan
kantin kejujuran, banyak sekelompok siswa yang sengaja membeli saat jam
kosong agar tidak ramai. Pengakuan salah satu diantara mereka adalah
mereka hanya membayar untuk satu orang saja, namun mereka membeli untuk
tiga orang. Selain itu banyak teman saya waktu itu hutang dulu, besok
dibayar. Jadi pembayaran sesuka mereka, kapan saja mereka mempunyai
uang. Namun ketika diadakan koreksi bersama dengan mengumumkan hasil
perolehan kantin kejujuran, yang biasa dibacakan tiap upacara bendera
hari senin, dengan menyebutkan modal awal dan penghasilan kantin. Selain
membacakan hasil, kepala sekolah juga memberikan nasehat kepada
siswa-siswi tentang arti penting kejujuran, kejujuran adalah sifat
manusia yang hakiki. Bila diberi ruang dan berada dalam lingkungan yang
baik maka akan berkembang dengan sendirinya. Suasana untuk berbuat jujur
perlu didorong agar sifat yang hakiki tersebut dapat tumbuh dengan
sendirinya. Ciptakan suasana dimana kejujuran bisa mendapat tempat
berupa penghargaan,dan pelanggaran mendapat hukuman yang setimpal.
Sebagai generasi bangsa,siswa yang terlibat dalam kantin kejujuran
diberi amanah untuk berbuat baik tentunya mereka mampu untuk
melakukannya. Jadi siswa-siswi ini perlu diajari soal kejujuran agar
kelak jika mereka telah berada dalam lingkungan yang lebih luas, mereka
tidak akan tergiur dengan jalan alternatif yang sering kali tidak jujur.
Pelajaran kejujuran ini perlu ditanamkan sejak dini,dimulai dari
sekolah sebab dianggap langkah mujarab dalam memberantas korupsi.
Pelaksanaan kantin kejujuran
memiliki istilah rugi sekarang untung kemudian. Mengapa demikian?.
Karena setiap minggu setelah kita bersama-sama mengoreksi, hasil yang
awalnya lebih rendah dari modal awal, lama kelamaan balik modal, bahkan
untung. Sambil menyelam minum air, peribahasa selanjutnya untuk
menggambarkan sisi positif kantin kejujuran. Karena selain kita
berjualan tanpa harus menyita waktu untuk menjaga, kita juga mendapat
hasil siswa-siswi berkarakter. Yang jujur dan berakhlak mulia.
Akhirnya kita semakin mengerti
arti penting implementasi pendidikan karakter kepada generasi muda,
membentuk siswa berkarakter melalui pendidikan yang bertujuan membentuk
insan cerdas berkarakter kuat itu, hal itu juga pernah dikatakan Dr.
Martin Luther King, yakni; intelligence plus character that is the goal
of true education (kecerdasan berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan
yang sebenarnya)
Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan
menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih
mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademis serta mampu melahirkan
generasi muda anti korupsi. Dapat memutus rantai tikus berdasi di
Indonesia, bahkan di dunia.
Siswa Berkarakter, Pemutus Rantai Tikus Berdasi Indonesia